Pendidikan
Dalam Perspektif Islam
Pendidikan merupakan kata kunci
untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu
akan didapat dan diserap dengan baik. Tak heran bila kini pemerintah mewajibkan
program belajar 9 tahun agar masyarakat menjadi pandai dan beradab. Pendidikan
juga merupakan metode pendekatan yang sesuai dengan fitrah manusia yang
memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan.
Metode dalam pendidikan islam
merupakan suatu metode yang khas dan tersendiri, baik dari segi alat-alat
maupun segi tujuan-tujuannya, dengan suatu bentuk yang nyata dan menarik
perhatian serta membangkitkan minat untuk memiliki sumber ideologinya yang khas
dalam perjalanan sejarah. Ruang lingkup dan keleluasaan system pendidikan islam
tidak boleh keluar dari keterpaduan tujuan dan cara. Didalam sistem pendidikan
islam terdapat satu cara dan satu tujuan untuk dapat menyatukan kepribadian
yang pecah untuk dapat mencapai satu tujuan yang lurus dan bulat. Inilah
keistimewaan dari sistem pendidikan islam yang berbeda dengan sistem pendidikan
buatan manusia yang pada umumnya memiliki tujuan yang relatif sama meskipun
alat-alat yang digunakan untuk memenuhi tujuan tersebut berbeda-beda sesuai
dengan pengaruh lingkungan dan kondisi sejarah, sosial, politik dan
sebagainya.Sistem pendidikan buatan manusia pada umumnya bermuara dalam suatu
tujuan pendidikan yaitu membentuk “ nasionalisme sejati “. Sedangkan islam,
tidak mengurung dirinya pada batas-batas yang sempit itu dan tidak hanya
berusaha membentuk “ nasionalis sejati “ akan tetapi berusaha untuk mewujudkan
suatu tujuan yang lebih besar dan menyeluruh, yaitu membentuk “ manusia
sejati”.
Islam dalam membentuk manusia yang
baik itu tidak membiarkan manusia berada dalam kebimbangan dan terus menerus
berjalan didalam kegelpan, dimana masing-masing membentuk dirinya menurut
kemauannya sendiri. Akan tetapi islam menetapkan ciri-ciri manusia secara
cermat dan jelas, serta menggaris strategi yang dapat mengantarkan mereka untuk
mencapai tujuan itu.
CIRI – CIRI KHAS SISTEM PENDIDIKAN
ISLAM
Metodologi islam dalam melakukan
pendidikan adalah dengan melakukan pendidikannya menyeluruh terhadap wujud
manusia, sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikit pun, baik
segi jasmani maupun rohani, baik kehidupannya secara fisik maupun secara
mental, dan segala kegiatannya di bumi ini.
Islam memandang manusia secara
totalitas, mendekatinya atas dasar apa yang terdapat di dalam dirinya, atas
dasar fitrah yang diberikan Allah SWT kepadanya, tidak ada sedikitpun yang diabaikan
dan tidak memaksakan apapun selain apa yang dijadikan sesuai dengan fitrahnya.
Islam mengakui wujud manusia secara
utuh, tanpa mengurangi nilainya dan merusk kemampuannya sedikit pun. Islam
mengakui kebutuhan-kebutuhan spiritual wujud manusia beserta segala daya yang
terkandung didalamnya. Islam memberikan segala yang diperlukannya seperti
akidah, nilai-nilai dan harga diri, dan menyokong daya-daya yang ada padanya
untuk memperbaiki eksistensi mental dan kejelekan-kejelekan yang terdapat dalam
masyarakat.
Islam tidak hanya menonjol dalam
memperhatikan semua segi eksistensi manusia dan tidak mengabaikan sedikit pun
berbagai macam daya yang terdapat didalamnya. Tetapi yang paling menonjol
adalah bahwa islam sejalan dengan fitrah dalam hal-hal yang lebih jauh dari
itu.
Islam disamping yakin akan adanya
banyak segi manusia yaitu jasmani, akal dan rohaninya dengan berbagi kebutuhan
daya setiap segi itu, meyakini pula kesatuan dan keterpaduan wujud manusia
tersebut dan tidak mungkin dipisah-pisahkan satu dengan yang lain. Fitrah
manusia berjalan menurut garis yang telah diciptkan Allah SWT. Dengan demikian
jasmani, akal dan roh yang ada dalam diri manusia tidak mungkin dapat
dipisah-pisahkan. Roh, akal dan tubuh, ketiganya membentuk satu wujud yang
utuh, yang disebut manusia, semuanya berinteraksi secara utuh. Islam mengikuti
aliran fitrah yang ada dan meyakini bahwa ada saling keterikatan antra
unsur-unsur tersebut. Dengan demikian maka islam tidak setuju adanya pemisahan
salah satu unsur dari unsur yang lain atau menonjolkan satu unsur dengan
menekan sama sekali unsur-unsur yang lain.
PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Peserta didik adalah setiap manusia
yang sepanjang hidupnya selalu dalam perkembangan. Kaitannya dengan pendidikan
adalah bahwa perkembangan peserta didik itu selalu menuju kedewasaan dimana
semuanya itu terjadi karena adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh
pendidik. Bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik sangat dipengaruhi
oleh pandangan pendidik itu sendiri terhadap peserta didik. Dalam hal ini anak
( peserta didik ) merupakan sarana dalam proses pendidikan.
Pertumbuhan dan perkembangannya yang
dialami oleh peserta didik sangat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor
pembawaan ( warisan ), faktor lingkungan dan faktor kematangan ( internal ).
Dalam proses perkembangan seseorang, ada beberapa aliran yang menjelaskan
tentang teori perkembangan, antara lain :
1.
Aliran Nativisme.Dalam aliran ini dijelaskan bahwa perkembangan manusia itu
ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak
berpengaruh apa-apa ( Arthur Sckonenhauer : 1788 – 1860 ). Faktor pembawaan ini
bersifat kodrati dari lahir dan tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar.
Faktor inilah yang akan membentuk kepribadian manusia.2.
Aliran Empirisme Pada aliran ini dijelaskan bahwa perkembangan manusia itu
semata-mata tergantung pada lingkngan dengan pengalaman pendidikannya ( John
Locke ). 3. Aliran KonvergensiAliran ini
adalah gabungan antara aliran empirisme dengan aliran nativisme. Didalamnya
menggabungkan arti penting hereditas ( pembawaan ) dengan lingkungan sebagai
faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa perkembangan pribadi seeorang adalah hasil proses kerjasama dua
factor : warisan dan lingkungan. Aliran ini dikembangkan oleh Louis William
Stern ( 0031871 – 1938 ). Dalam proses perkembangan manusia, islam
memiliki konsep-konsep yang menjelaskan proses tersebut secara gamblang.
Konsep-konsep tersebut antara lain :a.
Konsep fitrah dalam diri manusia.
Fitrah merupkan suatu ketetapan
Tuhan bagi setip makhluk-Nya. Tujuan dan jalan hidup manusia ditentukn oleh
Allah SWT, hal ini disebut “ Hidayah Amah Ilahiyah “. Petunjuk yang ditentukan
oleh Allah SWT tidak pernah menyesatkan dan keliru dalam menuntun makhluknya
untuk menenpuh jalan perkembangannya. Dalam Al-Qur”an, secara fitrah manusia
dijelaskan terdiri dari dua bagian : kulit dan isi. Bentuk fisik adalah kulit,
sedangkan akal adalah isi. Akal yang dalam terjemahan Al-Qur’an disebut al-a”ql
dalah potensi dan substansi dalam diri manusia yang dirinya berlangsung
beberapa proses olah pikir, seperti berpikir, mengingat, mengambil iktibar dan
sebagainya.b. Konsep warisan dan Bi’ah ( lingkungan
)
Konsep ini menerangkan bahwa keadan
manusia saat ini merupakan pembwaan sejak lahir yang diperoleh dari orang
tuanya. Selain faktor bawaan, perkembangan manusia juga sangat ditentukan oleh
keadaan lingkungan.
Pendidikan Islam memiliki 3
(tiga) tahapan kegiatan, yaitu: tilawah (membacakan ayat Allah), tazkiyah
(mensucikan jiwa) dan ta’limul kitab wa sunnah (mengajarkan al kitab dan al
hikmah). Pendidikan dapat merubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik
disebabkan pendidikan mempunyai kelebihan. Pendidikan mempunyai ciri
pembentukan pemahaman Islam yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang
telah dipelajarinya, pengembangan atas ilmu yang diperolehnya dan agar tetap
pada rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang tenang,
akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal.
Pendidikan Islam berpadu dalam
pendidikan ruhiyah, fikriyah (pemahaman/pemikiran) dan amaliyah (aktivitas).
Nilai Islam ditanamkan dalam individu membutuhkan tahpan-tahapan selanjutnya
dikembangkan kepada pemberdayaan di segala sektor kehidupan manusia. Potensi
yang dikembangkan kemudian diarahkan kepada pengaktualan potensi dengan
memasuki berbagai bidang kehidupan. (QS. Ali Imran (3) : 103)
Pendidikan yang diajarkan Allah SWT
melalui Rasul-Nya bersumber kepada Al Qur’an sebagai rujukan dan pendekatan
agar dengan tarbiyah akan membentuk masyarakat yang sadar dan menjadikan Allah
sebagai Ilah saja.
Kehidupan mereka akan selamat di
dunia dan akhirat. Hasil ilmu yang diperolehnya adalah kenikmatan yang besar,
yaitu berupa pengetahuan, harga diri, kekuatan dan persatuan.
Tujuan utama dalam pendidikan Islam
adalah agar manusia memiliki gambaran tentang Islam yang jelas, utuh dan
menyeluruh.
Interaksi di dalam diri ini memberi
pengaruh kepada penampilan, sikap, tingkah laku dan amalnya sehingga
menghasilkan akhlaq yang baik. Akhlaq ini perlu dan harus dilatih melalui
latihan membaca dan mengkaji Al Qur’an, sholat malam, shoum (puasa) sunnah,
berhubungan kepada keluarga dan masyarakat. Semakin sering ia melakukan latihan,
maka semakin banyak amalnya dan semakin mudah ia melakukan kebajikan. Selain
itu latihan akan menghantarkan dirinya memiliki kebiasaan yang akhirnya menjadi
gaya hidup sehari-hari.
Kesinambungan dalam Pendidikan Islam
Pendidikan Islam dalam bahasa Arab
disebut tarbiyah Islamiyah merupakan hak dan kewajiban dalam setiap insan yang
ingin menyelamatkan dirinya di dunia dan akhirat. Sesuai dengan sabda
Rasulullah SAW: “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai akhir hayat.” Maka menuntut
ilmu untuk mendidik diri memahami Islam tidak ada istilah berhenti, semaki
banyak ilmu yang kita peroleh maka kita bertanggung jawab untuk meneruskan
kepada orang lain untuk mendapatkan kenikmatan berilmu, disinilah letak
kesinambungan.
Selain merupakan kewajiban, kegiatan
dididik dan mendidik adalah suatu usaha agar dapat memiliki ma’dzirah (alasan)
untuk berlepas diri bila kelak diminta pertanggungjawaban di sisi Allah SWT
yakni telah dilakukan usaha optimal untuk memperbaiki diri dan mengajak orang
lain pada kebenaran sesuai manhaj yang diajarkan Rasulullah SAW.
Untuk menghasilkan Pendidikan Islam
yang berkesinambungan maka dibutuhkan beberapa sarana, baik yang mendidik
maupun yang dididik, yaitu:
1. Istiqomah
Setiap kita harus istiqomah terus
belajar dan menggali ilmu Allah, tak ada kata tua dalam belajar, QS. Hud (11) :
112, QS. Al Kahfi (18) : 28
2. Disiplin dalam tanggung
jawab
Dalam belajar tentu kita membutuhkan
waktu untuk kegiatan tersebut. sekiranya salah satu dari kita tidak hadir, maka
akan mengganggu proses belajar. Apabila kita sering bolos sekolah, apakah kita
akan mendapatkan ilmu yang maksimal. Kita akan tertinggal dengan teman-teman
kita, demikian pula dengan guru, apabila ia sering membolos tentu anak didiknya
tidak akan maju karena pelajaran tidak bertambah.
3. Menyuruh memainkan peran
dalam pendidikan
Setiap kita dituntut untuk
memerankan diri sebagai seorang guru pada saat-saat tertentu, memerankan fungsi
mengayomi, saat yang lainnya berperan sebagai teman. Demikiannya semua peran
digunakan untuk memaksimalkan kegiatan pendidikan.