FILOSOFI TUJUAN
PENDIDIKAN DALAM
PANDANGAN ISLAM
Oleh:
Firman Endah Aji, S.Pd.I
Staf Pengajar Pondok Pesantren Al-Falah
Sukamaju Sungai Lilin
Pendidikan
Islam muncul sebagai akibat logis dari sudut pandang bahwa Islam adalah nama
bagi agama yang menjadi anutan dan pandangan hidup umat Islam. Agama Islam
diyakini oleh pemeluknya sebagai ajaran yang berasal dari Allah SWT, yang
memberikan petunjuk ke jalan yang benar menuju keselamatan hidup dunia akhirat.
Pendidikan Islam diyakini sebagai proses dan upaya serta cara mendidikan
ajaran-ajaran Islam tersebut, agar menjadi anutan dan pandangan hidup bagi
manusia dengan penekanan pendidikan orang seorang agar menjadi pribadi muslim
baik.
Walaupun
istilah pendidikan Islam dapat dipahami dan dianalisis dari sudut pandang yang
berbeda dan menunjukkan pengertian yang berbeda namun pada hakekatnya
pendidikan Islam merupakan satu kesatuan dan mewujud secara operasional dalam
kehidupan nyata dalam satu sistem yang utuh. Ide-ide dan konsep-konsep, maupun
nilai-nilai kependidikan Islam sebagaimana yang dipahami dan dianalisis dari
Al-Qur’an dan Sunnah, akan terealisasikan dan mendapat perwujudan secara
operasional dalam proses pembudayaan, pewarisan, dan pengembangan ajaran agama,
budaya dan peradaban Islam dari generasi ke generasi tersebut, dalam prakteknya
tidak dapat dipisahkan dari proses pembinaan dan pengembangan orang seorang
atau pribadi-pribadi muslim pendukungnya bagi setiap generasi.
Dengan
demikian, jika pendidikan Islam adalah sebuah proses sebagaimana yang dimaksud
uraian di atas, maka sudah selayaknyalah proses tersebut akan mengarah kepada
sebuah idealisme, yaitu tujuan akhir (final) yang hendak dicapai. Dan tujuan
tersebut dalam pencapaiannya memerlukan pelaksanaan yang terencana, sistematis,
berkesinambungan dan memiliki batasan-batasan untuk mempermudah penetapan tolok
ukur keberhasilan pendidikan Islam tersebut.
Secara
filosofis, dalam proses penciptaan alam semesta menurut ajaran Islam bersumber
dan berpangkal pada Allah sebagai sang Khalik (sang Pencipta), yang menciptakan
alam semesta dan isinya termasuk menciptakan manusia. Sebagaimana disebut dalam
QS. Ar-Ra’ad ayat 16 sebagai berikut:
artinya:
Katakanlah: “Siapakah Tuhan langit dan
bumi?” Jawabnya: “Allah”. Katakanlah: “Maka Patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu
dari selain Allah, Padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula)
kemudharatan bagi diri mereka sendiri?”. Katakanlah: “Adakah sama orang buta
dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; Apakah mereka
menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti
ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?”
Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan yang Maha
Esa lagi Maha Perkasa”.
Kemudian dalam QS. Az-Zummar ayat 62, Allah SWT
menyatakan:
Artinya:
Allah
menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.
Dengan
demikian, sebagai pencipta maka Allah juga sebagai yang mengurusi, mengatur,
memperbaiki proses penciptaan alam semesta ini, dan menjadikannya bertumbuh
kembang secara dinamis sampai mencapai tujuan penciptaannya, inilah yang
dikenal sebagai tauhid rububiyyah.
Manusia sebagai
makhluk terbaik yang telah Allah ciptakan, dituntut untuk mengenal siapa yang
menciptakannya agar mampu menjalankan fungsinya sebagai khalifah sekaligus
memenuhi tujuan penciptaannya sebagai abdi tuhan. Untuk itulah, manusia memerlukan
pendidikan, sebab dengan pendidikanlah manusia dapat melalui proses penanaman
nilai, menumbuhkembangkan dan menerapkan sikap-sikap ketauhidan.
Dengan mengacu
pada konsep rububiyyah itulah, maka filosofi kependidikan Islam memiliki
tujuan untuk mengenalkan kembali manusia dengan tuhannya dan mempersiapkan
manusia agar mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai khalifah di muka
bumi dengan baik. Dengan demikian keberhasilan pendidikan Islam dapat diukur
tidak hanya dari segi kesiapan dan kemampuan serta kecakapan manusia dalam
melaksanakan tugas dan fungsi kekhalifahan saja, tetapi juga pada
keberhasilannya dalam melaksanakan tugas-tugas dan fungsi kekhalifahan itu.
Dapat pula dikatakan bahwa tujuan pendidikan Islam itu pada awalnya adalah tertuju
pada terbentuknya “kesiapan, kemampuan dan kecakapan” manusia untuk
melaksanakan tugas-tugas dan fungsi kekhalifahan itu sendiri sesuai dengan yang
dikehendaki Allah.
Menurut Syaikh
Musthafa al-Maraghi dalam kitab tafsirnya menerangkan bahwa Allah telah
memberikan tarbiyah (pendidikan) kepada manusia melalui dua tahapan, yang
walaupun secara teoritis bisa dibedakan, namun dalam kenyataannya merupakan
suatu kesatuan yang padu, yaitu (1) tarbiyyah khalqiah, yakni pendidikan
melalui proses penciptaan manusia dan (2) tarbiyyah tahzhibiyah diniyah,
yaitu pendidikan melalui proses bimbingan keagamaan.
Dengan tarbiyyah
khalqiah, pendidikan yang diberikan oleh Allah kepada manusia melalui dan
sepanjang proses penciptaannya, yang berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur
sampai sempurna. Aktualisasinya adalah manusia mengalami proses tumbuh dan
berkembang sepanjang kehidupannya secara bertahap dan berangsur-angsur,
sehingga manusia memiliki kelengkapan dan kemampaun serta kecakapan yang
diperlukan untuk hidup, memenuhi kebutuhan hidupnya, dan mengatur serta
mengembangkan perikehidupan yang berbudaya dan beradab di muka bumi ini.
Sedangkan tarbiyyah
tahzhibiyah diniyah merupakan pendidikan yang diberikan Allah melalui
proses bimbingan dan petunjuk keagamaan sepanjang sejarah kehidupan manusia di
muka bumi. Fungsinya adalah memberikan intervensi dan mengarahkan pertumbuhan
dan perkembangan sistem dan lingkungan kehidupan sosial budaya manusia agar
tidak menyimpang dari tujuan penciptaannya. Realisasinya adalah Allah telah
mengutus rasul-rasul-Nya sepanjang sejarah untuk menyampaikan agama dan tugas
hidup manusia sebagai manusia. Mereka memasukkan ajaran agamayang dibawanya dan
mengimplementasikannya ke dalam sistem dan lingkungan kehidupan sosial budaya
bangsanya masing-masing. Dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan agar
sesuai dengan tujuan dan tugas hidup manusia.
Dengan
demikian, pendidikan Islam pada manusia bila dikaitkan dengan konsepsi di atas,
maka setidaknya ada beberapa batas capaian yang hendak diperoleh dalam
pelaksanaannya, yaitu: Pertama, Pengembangan manusia menjadi
makhluk yang selalu mentaati sunatullah dan dinullah, sehat
jasmani dan rohaninya, berkembang semua fitrahnya secara seimbang, terpelihara
martabatnya, bertanggung jawab atas semua aktivitas hidupnya, sanggup
menanggulangi dan mengatasi berbagai tantangan dari musuh-musuhnya, mampu hidup
dalam berbagai situasi dan kondis, mampu mengembangkan sifat-sifat baiknya dan
menahan sifat-sifat jeleknya. Kemudia yang Kedua, Pembinaan
manusia menjadi makhluk yang terampil dan ahli dalam melakukan penataan
dan pelestarian alam, karena Allah telah menyerahkan kepada manusia untuk
mengelola dan melestarikan alam lingkungan demi kesejahteraan manusia itu
sendiri. Dan yang Ketiga, pembinaan manusi menjadi anggota
masyarakat yang sanggup melaksanakan dan menegakkan prinsip-prinsip hidup
bermasyarakat dengan baik, selain itu juga membina manusia menjadi makhluk yang
mampu menjaga keseimbangan hubungannya dengan khaliknya, sehingga selalu
mendapat ridha-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar